Informasi / Berita Terkini / Penyakit Mulut dan Kuku: Penyakit Ternak Menular yang Kembali Muncul di Indonesia

Penyakit Mulut dan Kuku: Penyakit Ternak Menular yang Kembali Muncul di Indonesia

Setelah dinyatakan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada tahun 1986 dan diakui oleh World Organiation for Animal Health (OIE) sebagai negara bebas PMK tanpa vaksinasi pada tahun 1990, Indonesia kembali melaporkan kasus PMK atau Foot and Mouth Disease (FMD). Kasus pertama kali dilaporkan terjadi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada akhir bulan April 2022 dan kasus-kasus susulan dilaporkan terjadi di kabupaten lain seperti Kabupaten Lamongan dan Mojokerto pada awal Mei 2022.

 

PMK menyerang hewan rentan yaitu hewan berkuku belah seperti ternak sapi, kerbau, kambing, domba,kuda, babi serta hewan liar seperti banteng, babi hutan, rusa, kijang, dan lainnya. Penyakit ini tidak membahayakan manusia dan memiliki risiko zoonosis yang dapat diabaikan (negligible risk), namun sangat menular antar hewan rentan dengan morbiditas mencapai 100%. PMK berpotensi besar menimbulkan kerugian ekonomi khususnya di sektor peternakan karena menurunkan tingkat produksi dan menghambat lalu lintas dan perdagangan hewan serta produk hewan.

 

Penyakit yang masuk daftar penyakit wajib lapor oleh OIE (OIE notifiable animal disease) ini disebabkan oleh Foot and Mouth Disease Virus (FMDV) yang termasuk dalam genus Aphthovirus dan famili Picornaviridae. Virus bermateri genetik RNA ini memiliki tujuh serotipe yaitu O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1. Di Indonesia, serotipe yang pernah terlaporkan terakhir pada 1983 adalah serotipe O dengan topotipe ISA-1 dan ISA-2 yang saat ini telah dilaporkan punah.

 

Ternak-ternak yang terserang PMK umumnya menunjukkan gejala klinis berupa lepuh atau vesikula pada daerah mulut, moncong hidung, lidah, gusi, kulit sekitar kuku serta putting dan ambing. Selain lepuh atau vesikula, dapat pula ditemukan erosi, luka atau ruptur jaringan pada daerah-daerah tersebut. Terjadi pula demam tinggi hingga 41o C dan adanya hipersalivasi yang dapat ditandai dengan adanya busa pada mulut. PMK memiliki tingkat mortalitas yang cukup rendah pada ternak dewasa yaitu sekitar 1-5 % namun lebih tinggi pada ternak muda yaitu dapat mencapai lebih dari 20%.

 

Virus PMK dapat ditemukan pada semua jenis sekresi dan ekskresi pada ternak terinfeksi. Virus ini sangat menular antar hewan melalui kontak langsung, aerosol, produk hewan, dan secara mekanis melalui peralatan, pakaian, kendaraan atau lingkungan yang terkontaminasi oleh virus PMK. Sebagai tambahan, virus PMK dapat bertahan selama 50 hari dalam air, 74 hari pada padang rumput, 26-200 hari pada tanah, 48 hari pada udara kandang ternak terinfeksi, 8-43 hari pada feses serta 35 hari pada kayu atau peralatan metal yang terkontaminasi jaringan atau darah ternak terinfeksi.

Kiri: ruptur jaringan pada lidah dan lepuh pada gusi bawah; kanan: vesikula pada inderdigiti. Sumber: DEFRA, 2005.

 

Kiri: hipersalivasi; kanan: lesi luka pada kuku. Sumber: dokumentasi investigasi BBVet Wates, 2022.

 

Di lapangan, PMK sulit dibedakan berdasarkan gejala klinisnya dengan penyakit lain seperti vesicular stomatitis dan vesicular exanthema. Diagnosis definitf dapat dilakukan melalui pengujian laboratorium untuk mendeteksi agen seperti RT-PCR baik secara konvensional maupun Real-Time dan secara serologis seperti ELISA. Sampel yang dapat digunakan untuk diagnosis laboratorium adalah jaringan atau cairan dari lesi lepuh, cairan vesikula, darah, dan serum.

 

Hasil analisis DNA sequencing yang diakukan oleh Pusat Veteriner Farma (PUSVETMA) sebagai Laboratorium Rujukan PMK didukung oleh Balai Besar Veteriner Wates sebagai Pusat Rujukan Bioinformatika Veteriner di ASEAN dan The Pirbright Institute sebagai Laboratorium Rujukan PMK OIE/Internasional terhadap sampel-sampel klinis dari hewan menunjukkan bahwa virus-virus PMK yang diidentifikasi dari wabah PMK di Indonesia pada tahun 2022 ini termasuk dalam Serotipe O, Topotipe ME-SA, Lineage Ind-2001, Sublineage ‘e’ atau disingkat O/ME-SA/Ind-2001e. Sejak tahun 2016, kelompok virus ini (O/ME-SA/Ind-2001e)  adalah virus yang endemik dan dominan ditemukan di Asia dan Asia Tenggara. Saat ini 26 sekuens virus PMK telah disubmit ke Genbank dengan Accession No. ON783873, ON783874, dan ON854934-ON854957 (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/).

 

Hingga saat ini belum ada pengobatan spesifik terhadap PMK. Pengobatan yang dilakukan bersifat terapi suportif untuk mengurangi  infeksi sekunder dan juga bisa diberikan terapi pendukung multivitamin dan herbal untuk meningkatkan ketahanan tubuh.  Fokus utama penanganan penyakit ini terletak pada pencegahan penularan dengan vaksinasi PMK dan mencegah penyebaran penyakit dengan isolasi, karantina dan pengawasan lalu lintas, serta meningkatkan biosekuriti kandang.

 

PMK merupakan penyakit ternak yang sangat menular serta berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi. Untuk itu diperlukan kerja sama dari seluruh pihak, baik pembuat dan pelaksana kebijakan, hingga peternak dan masyarakat umum agar penyakit ini tidak meluas dan penyebarannya dapat dikendalikan.

 

 

Penulis: drh. Jesiaman Silaban dan drh. Hendra Wibawa, M.Si, Ph.D (Balai Besar Veteriner Wates)

 

 

Referensi:

Amit Kumar Verma, Amit Kumar, Mahima, Sahzad. 2011. Epidemiology and diagnosis of foot-and-mouth disease: A review. Indian Journal of Animal Sciences 82 (6): 543–551.

 

Bachanek-Bankowska, K., A. Di Nardo, J. Wadsworth, V. Mioulet, G. Pezzoni, S. Grazioli, E. Brocchi, S.C. Kafle, R. Hettiarachchi, P.L. Kumarawadu, I.M. Eldaghayes, A.S. Dayhum, D. Meenowa, S. Sghaier, H. Madani, N. Abouchoaib, B.H. Hoang, P.P. Vu, K. Dukpa, R.B. Gurung, S. Tenzin, U. Wernery, A. Panthumart, K.B. Seeyo, W. Linchongsubongkoch, A. Relmy, L. Bakkali-Kassimi, A. Scherbakov, D.P. King, and N.J. Knowles. 2018. Reconstructing the evolutionary history of pandemic foot-and-mouth disease viruses: the impact of recombination within the emerging O/ME-SA/Ind-2001 lineage. Sci. Rep. 8, 14693.

 

DEFRA (Department for Environment, Food and Rural Affairs). 2005. Foot and mouth disease ageing of lesions. Noble House: London, UK.

 

King, Donald. 2021. Global foot-and-mouth disease situation: risk and new development. The 24th SEACFMD National Coordinators Meeting-OIE-Asia. https://rr-asia.woah.org/wp-content/uploads/2021/07/01_donald_king_seacfmd-july-2021.pdf  

 

OIE (World Organisation for Animal Health). 2021. Terrestrial Animal Health Code – Chapter 8.8 Infection with foot and mouth disease virus. Paris.

 

OIE (World Organisation for Animal Health). 2021. Terrestrial manual – Chapter 3.1.8. Foot and mouth disease (infection with foot and mouth disease). Paris.